---
Ah tenang saja, ini bukan status cinta kok. Jadi tak perlu dibaca dengan gaya yang mendayu-dayu.
Kadang aku sendiri sering geli ketika ingin memanggil kalian "dik". Meski sebenarnya wajar saja karena usiaku sedikit lebih tua dibanding kalian. Tapi memanggil kalian dengan sebutan seperti itu membuat adanya "gap" di antara kita. Kalau sudah seperti itu, aku sedikit sulit menggali ilmu yang kalian miliki. Yah ilmu! Meski kalian mengaku tak memiliki ilmu lebih tinggi, tapi aku tahu kalian punya lebih banyak dariku. Itu sebabnya aku senang berbicara banyak dengan kalian.
Sudah dua tahun kita bergerak dengan gaya yang sangat aneh. Terkesan tak ada ketegasan, bahkan penuh dengan kelonggaran di sana sini. Lucu memang jika mau dibandingkan dengan gaya gerakanku di organisasi yang lampau. Dulu aku gemar sekali olahraga di jalanan. Banyak orang yang alergi dengan istilah demonstrasi. Jadi kali ini kita istilahkan saja dengan olahraga di jalanan. Dengan sebagian orang di antara kalian aku sudah pernah olahraga di jalanan itu. Ada yang pernah kena cipratan gas air mata. Ah ada juga yang terlibat baku hantam dengan polisi. Ada yang pulang dengan kemarahan setelah olahraga. Hebatnya, ada yang ketagihan dengan olahraga yang sering dicemo'oh orang itu. Sebagian bahkan bilang, aku lama kuliah akibat olahraga di jalanan ini. Padahal tidaklah demikian adanya.
Nah gaya olahraga itu sudah terkikis perlahan ketika organisasi ini kita dirikan. Kita mulai rajin mengasah otak meski sebenarnya bahasan dalam kelompok diskusi yang kita bentuk hanya itu-itu saja. Tapi aku cukup senang kalian sudah mau memberi warna di lingkup gerakan yang tengah macet saat ini. Aku rasa perlu juga meminta maaf kepada bunga Dandelion karena akhirnya harus dirubah namanya menjadi "Thanthelion", tante singa? Lucu sekali. Padahal niatku agar nama kelompok diskusi kita terlihat keren. Apadaya, malah menjadi lucu. Rasanya setelah ini kita perlu membuat atau menggerakkan kelompok diskusi aneh bin ajaib itu.
Hebatnya kita tidak puas dengan hanya berdiskusi. Sebuah tawaran dari seorang sahabat sekaligus guru yang terlalu mirip dengan perpustakaan akhirnya kita sambut. Program guru mujahid-pun dilebur menjadi program Moeda Mengabdi. Saya ingat ketika pertama kali survei guru mujahid. Ban motor yang kami kendarai pecah. Padahal itu belum masuk kawasan jalanan fluktuatif di daerah Pagar Jati, Bengkulu Tengah itu. Maklum saja, aku dan guru gokil dari sekolah alam itu sama-sama bertubuh tambun. Nahaslah nasib motor itu. Tenang saja, aku sekarang lagi dalam program skyping. Mungkin bisa lebih kurus sekarang. Ah apa mungkin ya?
Pastilah kalian lebih banyak mengalami pecah ban di sana. Terakhir aku berangkat bersama seorang rekan yang gondrong itu. Tentu kalian kenal. Hanya kurang dari 500 meter lagi sampai ke finish, ban motor pun buang angin. Aduh! Bahu membahu kami mendorong motor itu hingga ke puncak. Bagaimana tidak, bengkelnya ada di Desa Gajah Mati. Letaknya di atas tebing. Bercucuran keringat. Konon aku keturunan dewa. Jadi keringatku tak bau menusuk. Cerita keturunan dewa ini, kalian bisa berdiskusi dengan si gondrong ataupun dengan Pak guru gokil itu. Hehehe
Tapi benar kata kalian, jerih payah itu hilang setelah bertemu dengan anak-anak yang lugu di Desa Petay Gayo. Aku ingat ada yang mengajariku menyanyikan lagu dari mamang penjual es krim : es krim es krim. Rp 2000 sepotong. Rasonyo lemak nian. Camkoha!
Hahaha, dan seorang rekan kita yang sering galau dan rumahnya sering jadi tongkrongan kitapun jadi sasaran gangguan lagu tersebut. Yah, geli saja rasanya. Ups, jangan siram aku dengan air lagi ya.
Dalam perjalanan organisasi ini, ada juga rekan-rekan yang mundur atau hilang. Mungkin bukan ada kata yang tepat untuk itu. Tapi banyak. Hebatnya kalian mau mengerti jika kita tidak pernah mengenal kata pemecatan. Tidak ada kata-kata itu dalam organisasi ini. Seorang teman yang sangat sibuk dan mungkin sangat kalian rindukan itu, tentu dapat bergabung kembali dengan satu syarat saja : ia mau. Tapi jangan kalian bilang aku rindu ya. Hohoho, kalian tahu aku tak paham masalah melankolis seperti itu.
Minggu depan, aku dan seorang rekan sudah berjanji akan melegalkan organisasi aneh ini. Tidak ada lagi kata penundaan. Setelah ini akan banyak yang pergi. Kita perlu menumbuhkan lagi banyak tunas yang bersedia hidup dan berkembang di rumah yang tak berdinding ini. Yah, tak berdinding karena terlalu transparan.
Sepertinya aku perlu melanjutkan lagi surat ini....
Ah khawatir saja surat ini tidak akan kalian baca. Hehehe. Jadi untuk apa dilanjutkan.
Salam semangat ya. Tenang saja, idealisme-ku terjaga karena organisasi ini. Rumah yang kita buat dan miliki sendiri.
Dan jangan panggil aku bapak pendiri, terlalu tua rasanya kalau dipanggil bapak. Panggil om saja. Gyahahahahaa
-HbK-
28 Agustus 2014